Sabtu, 09 Juni 2012

Sopan santun fotografi

Aku memang bukan fotografer hebat. Tapi aku sangat suka mengabadikan momen (kalau kamera di HP tinggal cekrik XD ). Dulu, setiap ada acara kawinan, khitan, wisuda, dll, ayah sering menyuruhku untuk mengabadikannya. Ayah ingin aku berani, nggak pemalu, nggak penakut. Aku sering disuruh maju sampai ke depan untuk mengabadikannya. Memang aku yang pemalu sih sebenarnya, hihi. Karena itu ayah menyuruhku untuk maju ke depan. Ayah selalu bilang, "Selama kamu pegang kamera, ingin mengabadikan momen, nggak apa-apa maju sampai ke depan. Asalkan nggak lebay." Kupikir, dengan kata-kata ayahku itu, setiap fotografer bisa dengan "bebas" mengabadikan momen. Bagaimanapun dan dimanapun.

Itu yang aku pikir hingga beberapa menit yang lalu aku membaca postingan di sebuah blog (http://efenerr.wordpress.com/2012/05/08/fotografer/) menyebutkan kerisihannya terhadap fotografer yang serampangan dalam mengabadikan momen. Ternyata, seharusnya fotografer itu punya batasan. Punya kesopanan. Apalagi dalam hal upacara agama.